Pages

Monday, October 07, 2013

Problem Cowok

problem-2 Everyone hears what you say. Friends listen to what you say. Best friends listen to what you don’t say. — Unknown.


Tidak gampang menjadi cowok. Kebanyakan orang menganggap jadi cowok lebih enak daripada jadi cewek.


Dibanyak kesempatan hal itu ada benarnya. Cowok lebih bebas, lebih cuek, lebih ga mikirin, lebih apa adanya.


Gapapa kalau warna kemeja dan kaos kaki atau tas ga matching.


Gapapa kalau alis mata udah cuing-cuing ga rapih dan kemana-mana


Ga dianggap gampangan kalau ceweknya banyak. Ga dianggap murahan kalau keluar malam terus-terusan.


Tapi tentunya, ga selalu enak juga jadi cowok. Cowok dewasa ga pantes ngeblog. Cowok dewasa ga boleh nangis. Cowok dewasa ga boleh cengeng.


Cowok boleh punya banyak temen dan sering main dengan temen-temennya itu, tapi itupun dalam kegiatan yang sifatnya ga personal, basketlah, golf-lah, karaoke lah (hehe).


Kalau pun nongkrong misalnya, yang diomongin juga non personal, kerjaan, cewek di kantor atau di jalan, mantan, konser musik, politik dan tentu aja sepak bola.


Cowok dewasa don’t share about feelings, we share about conquests.


Lagi pula selain ga sharing tentang feelings, cowok dewasa juga ga boleh punya perasaan sama temen cowoknya.


Jaka ga bilang sama Jono, “Eh ketemu yuk, gue kangen nih”, kecuali Jaka dan Jono adalah jenis cowok yang lainnya (Which is nothing wrong with that anyway!), tapi buat kebanyakan cowok, ya ga aja gitu.


Dan lebih parahnya adalah di jaman sekarang ini, kalau kita tinggal di kota besar, waktu buat ketemu teman pun udah jarang.


Dan ketika ketemu pun kita ga cerita tentang hal yang “penting”, ga cerita tentang apa yang kita rasakan, yang sedang kita jalani. So we are doomed, either way. Condemened to live in solitude. :D




So, it’s a special ocassion
, kalau saat ini gue punya perasaan khusus sama temen cowok gue.


Seseorang yang gue kenal dan gue kagumin cukup lama, yg cukup dekat (sebatas teman cowok loh, baca bagian diatas tadi), yg gue percaya.


Kita cukup banyak bersama-sama menjalani berbagai hal. Kita teman cowok, sama2x dewasa dan kita cerita, tapi kita ga “share feelings“, kita ga memberikan perhatian khusus, seperti teman cewek memberikan perhatian khusus ke temen ceweknya yang lain.


Dia juga seseorang yang cukup “kontroversial” (haha), bukan anak baik-baik dalam arti sepenuhnya, dan dia sadar itu, dan menikmati peran itu.


Dan selama perjalanannya dia selama ini, dia ga peduli dengan harus dilihat sebagai anak baik, apa adanya, itu adanya.


Dia menjalani hidup sesuai dengan apa yang dia mau, making his own rules, dan he always respects women in his own way.


Dan dia baru melakukan sesuatu yang menurut gue simply wonderful, selfless, and totally make sense.


Gue ga tau dia mampu melakukan itu, ga nyangka bahwa dia bisa melakukan itu.


Dan dia melakukan itu untuk jadi cowok yang lebih baik while makes a girl very happy in the process.

Gue ga pernah punya perasaan sama temen cowok, dan kalau pun ada ga banyak dan ga akan gue bilangin sama orangnya.


Tapi untuk kali ini, saat ini gue mau bilang, gue harus bilang: I’m proud of you man, simply proud.


Dan gue bakal ada di sini, mendukung, apapun, bagaimanapun, sampai kapanpun.

Gue ga pernah punya perasaan sama temen cowok, kamu mungkin ga pernah punya persaaan sama temen cowok juga.


Tapi kalau kamu menemukan saat yang tepat untuk merasakan itu, kamu akan tahu, karena saat itu, kamu tidak hanya melihat teman kamu saja berdiri sendirian disitu, kamu melihat cerminan diri kamu juga, didirinya.


The post Problem Cowok appeared first on Enda Nasution's Weblog.